Mendirikan tiang ayu merupakan simbol bahwa
festival erau akan segera dimulai. Setelah ritual ini dilaksanakan, maka
festival erau sudah resmi dimulai/berlangsung. Upacara mendirikan Tiang Ayu ini
berlangsung di Museum Mulawarman atau Keraton Kutai Kartanegara. Sesuai dengan
nama ritualnya, pusaka utama yang menjadi fokus ritual ini yaitu Tiang Ayu.
Tiang Ayu atau pohon ayu adalah sebuah
benda yang terbuat dari kayu ulin yang bentuknya lurus dan panjang, di bagian
dalamnya terdapat lubang yang menembuh dari ujung ke ujung dan sejajar dengan
bagian luar, dan bagian salah satu ujung tersebut diikatkan besi yang tipis dan
tajam atau biasa disebut dengan tombak yang dulunya digunakan sebagai alat
berburu. Dalam arti singkatnya, Tiang Ayu adalah sebuah tombak pusaka
milik raja pertama Kutai, aji batara agung dewa sakti, yang pada tombak
tersebut disematkan sebuah kantong kain berwarna kuning yang di dalamnya
terdapat beberapa benda untuk kelengkapan ritual yaitu, tali juwita, kain
cinde, janur kuning, daun sirih, dan buah pinang.
Tiang Ayu disebut juga “Sangkoh Piatu”
yang mana benda ini mempunyai arti dan nilai tersendiri yaitu untuk mendirikan
kebenaran yang secara tidak langsung memiliki kekuatan magis dan memancarkan
kekuatan spiritual guna mewujudkan kesejahteraan bersama. Tak hanya itu,
benda-benda untuk kelengkapan ritual juga memiliki makna tersendiri, antara
lain, tali juwita, melambangkan kekuasaan Sultan Kutai Kartanegara yang
berpusat di sungai mahakam dan beranak sungai yang mempunyai 7 cabang, yang
deras airnya selalu mengalir guna memberikan
kehidupan dan kesejahteraan bagi negeri yang diperintahnya. Kain
cinde, melambangkan tradisi yang diadatkan dan tanda kerukunan para kerabat
kerajaan Kutai Kartanegara. Janur, daun sirih, dan buah pinang melambangkan
bahwa hutan serta alamnya memberikan hasil alam dan kemakmuran yang berlimpah
bagi rakyatnya.
Selain itu, H. Adji Pangeran Haryo Kusumo Poeger
selaku kepala bidang pelestarian nilai-nilai budaya adat kesultanan Kutai
mengatakan bahwa tali juwita yang terdiri dari 3 utas melambangkan
berbagai lapisan masyarakat, sedangkan kain cinde melambangkan keluarga
kesultanan Kutai.
Sebagai pelengkap ritual, ada beberapa benda yang
harus disiapkan antara lain, lilin besar, lilin kecil, peduduk,
pakaian Sultan yang dialasi sebuah piring, dan jalinan daun kelapa yang disebut
jambak. Perlengkapan tersebut ditempatkan di keempat sudut tambak
karang. Persiapan lainnya adalah balai persembahan yang berada di sisi
sebelah kanan kerangka penyangga Tiang Ayu. Balai ini berisi peduduk,
pakaian Sultan, serta sebuah jabangan mayang siur. Sedangkan di
sebelah kiri kerangka penyangga terdapat guci berisi air Kutai Lama dan sebuah
jabangan berisi mayang pinang.
Sebelum ritual dimulai, Tiang Ayu
direbahkan menghadap ke arah Singgasana Sultan. Pusaka ini diberi alas selembar
kasur berwarna kuning yang telah dilapisi kain kuning bermotif merah yang
disebut tapak liman. Di bawah kasur tersebut, disiapkan lukisan tambak
karang berwujud empat ekor naga dan seluang mas warna-warni. Di
kedua sisi Tiang Ayu, diletakkan dua buah pusaka, Gong Raden Galuh dan
Batu Tijakan.
Pelaksanaan mendirikan Tiang Ayu didahului
dengan ritual yang dilakukan oleh para dewa (wanita pengabdi ritual)
dan belian (pria pengabdi ritual) di Serapo Belian. Setelah itu, dewa
dan belian duduk bersila di sisi kanan dan kiri dari Tiang Ayu.
Sisi kanan dan kiri berikutnya untuk para undangan kerabat, bagian belakang
sisi kanan luar diisi oleh Pangkon Dalam dan Pemukul Gamelan, sedangkan disisi
kiri luar diisi juga oleh Pangkon Dalam. Para petinggi dan putra Sultan duduk
bersila dibagian depan yang di tengahnya terdapat kursi Sultan. Perapen
dinyalakan sehingga mengeluarkan aroma wangi diiringi dengan alunan suara
gamelan yang sahdu untuk menunggu Sultan tiba di tempat acara.
Saat Sultan memasuki ruangan, semua hadirin akan
berdiri dan Sultan berdiri menghadap Tiang Ayu. Pada saat itu, para dewa
melakukan besawai, kemudian Tiang Ayu didirikan atau diangkat
oleh beberapa orang keluarga Keraton dengan menarik Tali juwita dan Kain
cinde sebanyak tiga tarikan dan
tarikan mengucapkan kata “yo..yo..yo..” sampai berdiri dalam penyangganya. Setelah
Tiang Ayu berdiri, ritual ini ditutup dengan berdoa bersama seluruh hadirin
yang ditujukan untuk kelancaran Festival Erau.
sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar