Pages

Kamis, 09 November 2017

MENDIRIKAN TIANG AYU, PERTANDA ERAU TELAH DIMULAI




Mendirikan tiang ayu merupakan simbol bahwa festival erau akan segera dimulai. Setelah ritual ini dilaksanakan, maka festival erau sudah resmi dimulai/berlangsung. Upacara mendirikan Tiang Ayu ini berlangsung di Museum Mulawarman atau Keraton Kutai Kartanegara. Sesuai dengan nama ritualnya, pusaka utama yang menjadi fokus ritual ini yaitu Tiang Ayu.

Tiang Ayu atau pohon ayu adalah sebuah benda yang terbuat dari kayu ulin yang bentuknya lurus dan panjang, di bagian dalamnya terdapat lubang yang menembuh dari ujung ke ujung dan sejajar dengan bagian luar, dan bagian salah satu ujung tersebut diikatkan besi yang tipis dan tajam atau biasa disebut dengan tombak yang dulunya digunakan sebagai alat berburu. Dalam arti singkatnya, Tiang Ayu adalah sebuah tombak pusaka milik raja pertama Kutai, aji batara agung dewa sakti, yang pada tombak tersebut disematkan sebuah kantong kain berwarna kuning yang di dalamnya terdapat beberapa benda untuk kelengkapan ritual yaitu, tali juwita, kain cinde, janur kuning, daun sirih, dan buah pinang.

Tiang Ayu disebut juga “Sangkoh Piatu” yang mana benda ini mempunyai arti dan nilai tersendiri yaitu untuk mendirikan kebenaran yang secara tidak langsung memiliki kekuatan magis dan memancarkan kekuatan spiritual guna mewujudkan kesejahteraan bersama. Tak hanya itu, benda-benda untuk kelengkapan ritual juga memiliki makna tersendiri, antara lain, tali juwita, melambangkan kekuasaan Sultan Kutai Kartanegara yang berpusat di sungai mahakam dan beranak sungai yang mempunyai 7 cabang, yang deras airnya selalu mengalir guna memberikan  kehidupan dan kesejahteraan bagi negeri yang diperintahnya. Kain cinde, melambangkan tradisi yang diadatkan dan tanda kerukunan para kerabat kerajaan Kutai Kartanegara. Janur, daun sirih, dan buah pinang melambangkan bahwa hutan serta alamnya memberikan hasil alam dan kemakmuran yang berlimpah bagi rakyatnya.

Selain itu, H. Adji Pangeran Haryo Kusumo Poeger selaku kepala bidang pelestarian nilai-nilai budaya adat kesultanan Kutai mengatakan bahwa tali juwita yang terdiri dari 3 utas melambangkan berbagai lapisan masyarakat, sedangkan kain cinde melambangkan keluarga kesultanan Kutai.

Sebagai pelengkap ritual, ada beberapa benda yang harus disiapkan antara lain, lilin besar, lilin kecil, peduduk, pakaian Sultan yang dialasi sebuah piring, dan jalinan daun kelapa yang disebut jambak. Perlengkapan tersebut ditempatkan di keempat sudut tambak karang. Persiapan lainnya adalah balai persembahan yang berada di sisi sebelah kanan kerangka penyangga Tiang Ayu. Balai ini berisi peduduk, pakaian Sultan, serta sebuah jabangan mayang siur. Sedangkan di sebelah kiri kerangka penyangga terdapat guci berisi air Kutai Lama dan sebuah jabangan berisi mayang pinang.

Sebelum ritual dimulai, Tiang Ayu direbahkan menghadap ke arah Singgasana Sultan. Pusaka ini diberi alas selembar kasur berwarna kuning yang telah dilapisi kain kuning bermotif merah yang disebut tapak liman. Di bawah kasur tersebut, disiapkan lukisan tambak karang berwujud empat ekor naga dan seluang mas warna-warni. Di kedua sisi Tiang Ayu, diletakkan dua buah pusaka, Gong Raden Galuh dan Batu Tijakan.

Pelaksanaan mendirikan Tiang Ayu didahului dengan ritual yang dilakukan oleh para dewa (wanita pengabdi ritual) dan belian (pria pengabdi ritual) di Serapo Belian. Setelah itu, dewa dan belian duduk bersila di sisi kanan dan kiri dari Tiang Ayu. Sisi kanan dan kiri berikutnya untuk para undangan kerabat, bagian belakang sisi kanan luar diisi oleh Pangkon Dalam dan Pemukul Gamelan, sedangkan disisi kiri luar diisi juga oleh Pangkon Dalam. Para petinggi dan putra Sultan duduk bersila dibagian depan yang di tengahnya terdapat kursi Sultan. Perapen dinyalakan sehingga mengeluarkan aroma wangi diiringi dengan alunan suara gamelan yang sahdu untuk menunggu Sultan tiba di tempat acara. 

Saat Sultan memasuki ruangan, semua hadirin akan berdiri dan Sultan berdiri menghadap Tiang Ayu. Pada saat itu, para dewa melakukan besawai, kemudian Tiang Ayu didirikan atau diangkat oleh beberapa orang keluarga Keraton dengan menarik Tali juwita dan Kain cinde sebanyak tiga tarikan  dan tarikan mengucapkan kata “yo..yo..yo..” sampai berdiri dalam penyangganya. Setelah Tiang Ayu berdiri, ritual ini ditutup dengan berdoa bersama seluruh hadirin yang ditujukan untuk kelancaran Festival Erau.

sumber:




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About